Berikut adalah artikel atau berita tentang poker dengan judul Semar99: Alternatif Tangani Air Limbah Pabrik Tahu yang telah tayang di htogeltarget terimakasih telah menyimak. Bila ada masukan atau komplain mengenai artikel berikut silahkan hubungi email kami di [email protected], Terimakasih.

Ilustrasi oleh Newswantara.com

Pertumbuhan
penduduk yang pesat di Indonesia menuntut ketahanan pangan yang dapat memenuhi
kebutuhan penduduk. Salah satunya yaitu meningkatnya
kebutuhan kedelai. Berdasarkan informasi dariĀ 
http://www.kemenperin.go.id,
Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah (IKM)
Kementerian Perindustrian, Euis Saedah menjelaskan bahwa saat ini ada
sekitar 11.500 produsen tahu dan tempe di Indonesia. Kebutuhan
kedelai dari produksi tahu dan tempe
berkisar 50-100 kg per hari. Produksi tahu dan tempe yang begitu tinggi
tersebut juga memerlukan pengelolaan hasil samping industri. Aktifitas industri
tahu dan tempe menghasilkan limbah padat dan cair. Pada umumnya, limbah padat
digunakan sebagai pakan ternak. Sedangkan air limbah yang dihasilkan dari
industri perlu dikelola agar aman saat dibuang.

Air
limbah industri tahu ataupun tempe yang tidak dikelola
dengan baik dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Salah satunya dampak
bau dan eutrofikasi badan air penerima air limbah. Air limbah industri tahu
mengandung protein tinggi sehingga kandungan nitrogen dan fosfat tinggi pada
air limbah dapat berdampak pada aroma yang tidak sedap dan
eutrofikasi. Gubernur Provinsi Jawa Timur sudah membuat peraturan yang
menentukan baku mutu untuk air limbah industri kedelai di area Jawa Timuryangtertera dalam Peraturan Gubernur Jawa
Timur No.72 Tahun 2013.

Adanya peraturan tentang baku mutu air limbah industri
tahu/tempe, menjadikan tantangan bagi pihak industri untuk mengolah air limbah.
Secara umum, industri tahu dan tempe memiliki kesamaan dalam operasional
industri. Industri tahu pada umumnya beroperasi sekitar 8 jam untuk memproduksi
tahu, setelah itu berhenti beroperasi dan dilanjutkan di hari berikutnya. Ritme
operasi industri seperti ini membutuhkan pengolahan air limbah yang sederhana dan sesuai dengan jam operasi. Sequencing
Batch Reactor (SBR) merupakan pengolahan air limbah sederhana yang dioperasikan
dengan system tertutup dan terdiri atas beberapa tahap. Ada 4 tahapan dalam
pengolahan ini yaitu tahapan pengisian air limbah ke unit pengolahan (fill),
tahapan pengolahan (react) di dalam unit pengolahan, tahapan pengendapan
(settle), tahapan pengeluaran sebagian air limbah (draw), dan tahapan diam atau tidak
diberlakukan apa-apa (idle). Setelah tahapan terakhir, maka selanjutnya dapat
dilakukan tahapan awal yaitu tahapan fill. Proses react dilanjutkan dengan penambahan
asupan oksigen untuk memaksimalkan proses pengolahan air limbah.

SBR merupakan pengolahan air limbah secara biologis khususnya
menggunakan bantuan mikroorganisme. Mikroorganisme ini bekerja sebagai agen
penyisih beban organik yang ada di air limbah. Kunci utama dalam proses SBR ini
ada pada start up SBR dengan pemilihan bibit mikroorganisme berupa
lumpur yang dapat optimal mengolah air limbah dengan proses biologis. Lumpur
dari endapan limbah tahu dapat digunakan dengan
mengolah air limbah. Endapan berupa lumpur tersebut
ditambahkan pada awal proses SBR. Mikroorganisme di lumpur akan menggunakan
bahan organik di air limbah untuk metabolisme mikroorganisme sendiri.

Proses pengolahan air limbah ini dapat menyisihkan beban organik di air limbah tahu yang ditunjukkan dengan nilai penurunan Chemical Oxygen Demand (COD) hingga 90% begitu juga dengan nilai Total Suspended Solid (TSS) turun hingga 90%. Nilai akhir dari olahan SBR ini adalah COD sebesar 500 mg/l dan TSS menjadi 175 mg/l. Jika dibandingkan dengan baku mutu Pergub Jatim No. 72 Tahun 2013, baku mutu yang ditetapkan adalah nilai COD sebesar 300 mg/l dan TSS sebesar 100 mg/l. Meski perlu pengolahan lebih lanjut agar luaran pengolahan air limbah dapat sesuai baku mutu. Pengolahan lanjutan yang disarankan dapat menggunakan bantuan tanaman air untuk menurunkan COD dan TSS.

Kelebihan dari teknologi SBR adalah fleksibilitasnya menjadi beberapa proses di satu
wadah sehingga tidak membutuhkan tempat yang luas. Keempat tahapan SBR
dilakukan dalam satu
wadah dengan sistem yang tidak berkelanjutan. Sehingga saat pabrik tahu
berhenti operasionalnya, maka dapat
digunakan untuk proses SBR sedangkan saat akan beroperasi pabrik tahunya, air
limbah yang sudah terolah tersebut dapat dilanjutkan ke tahapanĀ  pengolahan kedua. Anggarannyapun untuk
pengolahan SBR ini lebih murah, karena investasi untuk membangun unit
pengolahannya hanya satu. Hal ini sesuai untuk industri UKM seperti pabrik tahu
maupun tempe. Kelemahan dari unit ini adalah kurang sesuai untuk industri
berskala besar.

Penulis
: Nur Indradewi Oktavitri, S.T., M.T.

Artikel
ilmiah populer ini disarikan dari artikel yang dipublikasikan di

https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/259/1/012017

Nimash Miftahul Sakinah;
Lintang Tubagus Rahmatullah, Eko Prasetyo Kuncoro dan Nur Indradewi Oktavitri. 2019. Performance of
sequencing batch reactor (SBR) of treated tofu wastewater: Variation of contact
time and activated sludge sources. IOP Conf. Series: Earth and Environmental Science, volume 259 012017.

Artikel atau berita di atas tidak berkaitan dengan situasi apapun, diharapkan bijak dalam mempercayai atau memilih bacaan yang tepat. Terimakasih kepada mbah semar99 atas supportnya.